Total Tayangan Halaman

Sabtu, 08 Oktober 2011

Taman Ikan Purbalingga

Mengenalkan Ikan Pada Anak di Pancuran Mas
| kadek | Minggu, 9 Oktober 2011 | 12:06 WIB


www.purbasari-pancuran-mas.blogspot.com
pancuran mas, purbalingga

PURBALINGGA, KOMPAS.com - Obyek Wisata Pendidikan Purbasari Pancuran Mas, Desa Purbayasa, Kecamatan Padamara, Purbalingga, Jawa Tengah, menjadi salah satu wahana untuk mengenalkan berbagai jenis ikan kepada anak-anak.
"Saya bersama anak-anak sudah beberapa kali datang ke sini, tapi tak ada bosannya karena objek wisata ini dapat dijadikan wahana untuk mengenalkan berbagai jenis ikan pada anak-anak," kata seorang pengunjung, Sumarsono (36), di Purbalingga, Minggu (9/10/2011).
Ia menuturkan obyek wisata yang dikenal dengan sebutan Taman Akuarium Raksasa itu mengoleksi sedikitnya 150 ekor ikan dari sekitar 30 jenis ikan tawar. Di akuarium tersebut juga terdapat beberapa jenis ikan langka seperti piranha, belida, dan palmas.
"Dengan demikian, anak-anak bisa memelajari ikan-ikan tersebut secara langsung, tidak sekadar membaca buku atau melihat di tayangan televisi," katanya.
Secara terpisah, pengelola Objek Wisata Pendidikan Purbasari Pancuran Mas H. Sarimun mengatakan persiapan pembangunan objek wisata itu dilakukan bertahap sejak 1993 meskipun secara resmi baru dibuka pada 2001.
Pihaknya akan terus mengembangkan objek wisata itu dengan menambah wahana berupa taman buah dan rumah penginapan atau "homestay".
"Purbasari Pancuran Mas juga telah dilengkapi dengan wahana ’waterboom’ dan Danau Kali Pulus yang membelah objek wisata ini serta dapat dimanfaatkan wisatawan untuk berwisata menggunakan perahu motor," katanya.
Terkait keberadaan Danau Kali Pulus, dia mengatakan, semula merupakan sebuah sungai yang dikenal dengan nama Kali Pulus yang berasal dari bahasa Sunda "fulus" atau uang. Menurutnya, hal itu terbukti dengan dibangunnya danau di Kali Pulus, banyak menarik minat untuk berkeliling danau menggunakan perahu motor.

Desa smurf

Wow, Ada Desa Biru "Smurf" di Spanyol
| kadek | Rabu, 5 Oktober 2011 | 21:28 WIB


CorbisBangunan-bangunan di desa Juzcar di Spanyol sengaja dicat biru untuk sebuah promosi film. Sejak itu, desa ini berhasil menyedot perhatian para wisatawan.

KOMPAS.com Desa biru "Smurf" di Spanyol menjadi incaran para turis. Sebuah perdesaan tradisional khas Spanyol sengaja dicat biru dalam rangka peluncuran film The Smurf.
Smurf adalah serial komik karangan Peyo, seorang penulis asal Belgia. Tokoh Smurf merupakan makhluk berkulit biru dan berukuran kecil yang membentuk sebuah koloni.
Seperti dikutip dari Dailymail, warga yang tinggal di kawasan tersebut sampai harus membuat referendum apakah mereka akan membiarkan bangunan-bangunan di desa tersebut tetap biru atau tidak. Hal ini mengingat kawasan itu telah menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Produser film The Smurf memilih kawasan itu, yaitu sebuah desa kecil Juzcar, sebagai bahan promosi film The Smurf dengan cara mengecat setiap bangunan di desa itu menjadi berwarna biru.
Bahkan, gereja di desa itu pun dicat warna biru. Sudah banyak wisatawan yang berkunjung ke desa biru itu sebagai akibat promosi film The Smurf. Pemerintah setempat bahkan sampai memerlukan tambahan polisi untuk mengontrol lalu lintas.
Sebuah festival Smurf sempat diadakan di desa itu dan berhasil menarik minat orang untuk melihat festival. Saat festival, para penduduk setempat sampai-sampai berbusana ala Smurf dan rela berpose untuk berfoto dengan wisatawan.
Setelah didesak oleh warganya, Wali Kota David Fernandez akhirnya mengumumkan bahwa referendum akan dikeluarkan pada akhir tahun ini untuk menentukan apakah desa tersebut tetap dibiarkan biru.
"Orang-orang mulai memanggilku Papa Smurf," kelakarnya.
Desa tersebut sebenarnya desa tradisional yang sudah ada sejak masa lampau, bahkan diperkirakan sudah ada sejak sebelum tahun 711. Awalnya desa tersebut memiliki bangunan-bangunan yang berwarna putih. Diperlukan lebih dari 3.700 liter cat untuk merubah Juzcar menjadi sebuah tempat bernuansa Smurf.
Pihak produser film The Smurf sebelumnya berjanji akan mengembalikan bangunan-bangunan tersebut menjadi putih seperti sediakala seusai pesta peluncuran film di bulan Juli. Namun, sepertinya mereka tidak perlu menepati janji itu.

Jogja murah

Tips Wisata Murah ke Yogyakarta
Adhika Pertiwi | kadek | Jumat, 7 Oktober 2011 | 12:45 WIB


KOMPAS/WAWAN H PRABOWOILUSTRASI - Wisatawan memadati lorong Pasar Beringharjo Yogyakarta, untuk berburu oleh-oleh baju batik.

KOMPAS.com - Yogyakarta dikenal sebagai salah satu tempat tujuan wisata yang populer di Indonesia. Semakin populernya kota ini sebagai tujuan wisata, membuat harga barang serta fasilitas wisata juga melambung.
Padahal dulu Yogyakarta dikenal sebagai tempat wisata murah. Berikut tips agar Anda bisa tetap menikmati kekhasan Yogyakarta, tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam.
Pertama. Jika berangkat dari Jakarta ada beberapa pilihan kereta ekonomi menuju Yogyakarta dengan harga murah. Misalkan dengan menggunakan kereta ekonomi Progo dengan harga tiket Rp 35.000, Anda sudah bisa sampai stasiun Yogyakarta dengan selamat.
Jika berangkat dari Bandung bisa menggunakan kereta Kahuripan seharga Rp 24.000. Mengapa kereta ekonomi? Selain murah, jika berangkat dari arah Jakarta-Bandung perjalanan menggunakan kereta ekonomi juga cukup menghemat waktu karena akan terhindar dari macet.
Kedua. Selama berwisata di Yogyakarta, banyak pilihan alternatif untuk mengelilingi dan berkunjung ke tempat-tempat wisata. Salah satunya dengan angkutan umum, di Yogyakarta masih banyak bus dalam kota dengan harga terjangkau. Ada juga naik bus transJogja dengan harga tiket Rp 3.000 untuk single trip. Rute bus ini pun melewati beberapa tempat strategis di Yogyakarta.
Jika Anda ingin mengunjungi tempat-tempat wisata yang tidak terjangkau angkutan umum, Anda bisa menyewa motor selama sehari penuh dengan harga sewa Rp 50.000. Atau jika Anda ingin menikmati suasana dengan berjalan kaki, jalanan kota Yogyakarta ditata nyaman untuk para pejalan kaki.
Ketiga. Bagaimana mencari tempat menginap murah selama di Yogyakarta? Jika Anda ingin mendapatkan tempat menginap memadai dengan biaya per malam yang murah, silakan cari di pinggiran kota.
Banyak penginapan yang menawarkan harga mulai dari Rp 70.000 hingga Rp 95.000 per malam untuk kamar yang bisa diisi dua orang. Rata-rata hotel murah ada di pinggiran, tetapi ada juga yang terletak di pusat kota misalnya di dekat Keraton ada Hotel Puspita atau Delta Homestay di Prawirotaman.
Keempat. Urusan perut jangan sampai terlewatkan. Dengan uang seratus ribu saja, Anda bisa menikmati berbagai macam kuliner murah untuk beberapa hari di Yogyakarta.
Anda bisa menikmati gudeg basah, sajian kuliner khas kota ini untuk sarapan seharga Rp 7.000 per porsi lengkap dengan ayam suwir. Anda bisa menemukan penjual gudeg basah, pecel sayur, bubur ayam, soto dan lain sebagainya saat pagi hari di pinggiran Jalan Malioboro.
Untuk makan siang, masih banyak rumah makan di Yogyakarta yang menjual nasi sayur lengkap dengan lauk-pauk dan minuman seharga Rp 7.000 hingga Rp 10.000 per porsi. Nah, pilihan makanan murah akan lebih banyak tersedia saat malam hari.
Siapa yang tak kenal dengan ankringan, sebutan untuk warung tenda khas Yogyakarta. Angkringan menjadi pilihan khas tersendiri untuk wisatawan menghabiskan malam di kota ini. Di angkringan, ada berbagai pilihan minuman untuk menghangatkan badan.
Makanan yang ditawarkan pun beragam, misal nasi kucing, jadah bakar, aneka gorengan, dan aneka lauk pauk. Lauk-pauk yang dijual bermacam pilihan, mulai dari yang biasa seperti sate usus, sate telur puyuh, ceker ayam, sate jeroan, hingga yang agak ‘tak biasa’ seperti sate keong, sate bekicot, dan sate kerang. Komplek angkringan yang cukup terkenal ada tepat di sebelah utara Stasiun Tugu.
Kelima. Berbelanja mungkin adalah hal yang paling berat saat Anda berniat untuk wisata murah. Takutnya harga barang-barang mahal dan malah membuat kantong kering. Ups, tunggu dulu. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan jika ingin mendapatkan belanjaan murah.
Anda harus mau repot sedikit untuk mencari tempat belanja, salah satu surga belanja khas Yogyakarta adalah Pasar Beringharjo. Tetapi Anda harus rela menyelip ke bagian dalam pasar untuk mendapatkan harga miring, mulai dari baju batik, tas, hingga kain-kain motif batik.
Kalau ingin membeli aksesoris seperti gelang, pernak-pernik, maupun sandal khas Yogyakarta coba beli di toko grosir, harganya akan lebih murah meskipun Anda membeli eceran.
Strategi kedua mendapatkan belanjaan adalah pintar-pintar menawar harga, terutama di pasar dan di kaki lima sepanjang Malioboro. Jika piawai, Anda bisa mendapatkan harga separuh dari harga yang ditawarkan semula.
Keenam. Banyak objek wisata di Yogyakarta yang bisa dinikmati dengan biaya murah. Sebagian besar objek wisata menawarkan biaya masuk kurang dari Rp 5.000, misalnya saja Benteng Vredeburg, Keraton Yogyakarta, Taman Sari, dan lain-lain.
Ada juga beberapa tujuan wisata khas Yogyakarta yang bisa dinimati secara gratis, misalnya Tugu Yogyakarta, suasana malam Alun-Alun Selatan Keraton Yogyakarta, dan masih banyak lagi.
Sekedar saran, coba cari waktu yang pas dengan diadakannya event budaya di Yogyakarta. Misalnya saat Festival Kesenian Yogyakarta berlangsung, Anda akan mendapatkan bonus wisata budaya dan seni gratis yang berlangsung hampir setiap hari selama sebulan.
Dengan biaya murah, Anda sudah bisa berwisata lengkap di Yogyakarta. Kalau begitu, tunggu apa lagi? Kemasi barang Anda untuk sekedar menikmati keelokan budaya dan wisata khas Yogyakarta. Tentunya, wisata ini tak akan membuat Anda terserang ‘kanker’ alias kantong kering.