Total Tayangan Halaman
Minggu, 17 Juli 2011
Krisis Libya: Moammar Gaddafi tidak akan meninggalkan tanah leluhurnya
Saya membaca detikcom tentang Presiden Libya, Moammar Gaddafi yang kembali bersumpah tidak akan meninggalkan Libya karena Libya merupakan tanah leluhurnya dan dia juga tidak akan meninggalkan rakyat yang telah banyak berkorban untuknya. Benar-benar seorang patriot sejati meskipun pemerintahannya diduga banyak terjadi korupsi sehingga keluarga dan kroni-kroni Gaddafi sangat kaya sedangkan rakyat Libya kebanyakan miskin, tetapi memang jiwa seorang pemimpin dari Gaddafi layak diacungi jempol, seperti "nahkoda" yang baik, dia tidak meninggalkan "perahu" yang dikendalikannya saat mengalami musibah dan bencana, namun dia bersedia mati bersama "perahu"-nya tersebut. Rakyat Libya sendiri saat ini terbelah oleh karena perang, sebagian mendukung Gaddafi dan sebagian mendukung oposisi yang didukung oleh NATO dan Amerika Serikat. Pasukan Gaddafi pun saat ini mulai kehabisan persediaan bahan bakar untuk kendaraan perangnya dan kesulitan persediaan pangan. Tapi berita miring mulai menerpa tentang pasukan oposisi yang dianggap akan menjadi penyelamat dan pembebas dari tirani Gaddafi. Pasukan oposisi dikabarkan banyak menjarah rumah-rumah penduduk kota yang sedang didudukinya dan juga mereka memberi anak umur 7 tahun yang seharusnya hanya bermain saja tidak berperang, dengan senjata perang dan melatihnya untuk menggunakannya. Kabar miring itu beredar baru-baru ini dan bisa saja melemahkan dukungan dari rakyat Libya untuk oposisi, karena mereka bisa menganggap pasukan oposisi Libya sebagai "sama saja" dengan pemerintahan Gaddafi, hanya ganti pemerintah saja, seperti peribahasa "keluar dari mulut buaya, masuk ke mulut harimau". Yah sekali lagi saya berpendapat apabila takdir di tangan Tuhan, kita tidak akan tahu kemana arah dari kehidupan ini selanjutnya di masa depan. Misalnya saat perang dunia kedua tahun 1939-1945 dulu, pada awal perang sampai sekitar tahun 1944, Jerman Nazi memenangi perang bersama dengan negara poros lain, Italia dan Jepang sehingga berhasil menguasai sebagian besar Eropa kecuali Inggris dan Uni Sovyet. Saat itu semua orang di Eropa pasti berpikir Jerman akan memenangi perang dan mendesak Sekutu yang dimotori AS, Inggris, Uni Sovyet untuk menyerah. Tetapi ternyata Tuhan berkehendak lain, baru pada 1944 Tuhan mengubah takdir dunia, dari yang tadinya Jerman Nazi bisa menguasai dunia, mereka dipukul mundur oleh tentara Uni Sovyet karena tidak mengira musim dingin di daerah Moskow sebegitu ganasnya. Tentara Nazi Jerman yang tinggal beberapa kilometer lagi mencapai Moskow tidak dapat mencapainya dan dibantai oleh Tentara Merah Uni Sovyet. Semua orang saat itu tidak mengira hal itu bisa terjadi. Tentara raksasa Nazi Jerman yang perkasa bisa kalah dan sejak saat itu mulailah jalannya perang berbalik menjadi tentara Nazi yang terdesak dan didukung oleh serangan terbesar AS, Kanada dan Inggris yang dijuluki D-Day, di pantai-pantai Normandia Prancis yang dapat menembus jantung Eropa ke ibukota Jerman, Berlin dan berakhirlah Perang Dunia kedua di Eropa. Namun tanpa adanya kejadian di tanah Rusia, semua itu tidak akan mungkin terjadi dan mungkin saja sekarang bukan AS yang menjadi superpower dan menjadi negara adidaya, namun mungkin saja Nazi Jerman yang berkuasa di dunia. Itu juga yang masih tanda tanya di Libya, negara kaya minyak yang sedang krisis perang saudara. Gaddafi masih belum kalah, dia masih memiliki banyak persediaan rudal yang bisa diluncurkannya setiap saat, didukung dengan menurunnya pamor pasukan oposisi karena berita-berita miring dan rasa patriotiknya terhadap Libya dan pendukungnya, bukan tidak mungkin semakin banyak rakyat Libya yang bersimpati kepadanya dan berbalik lagi mendukung Gaddafi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar