JAKARTA, KOMPAS.com - Bisnis buku, majalah, koran, pun komik mulai merambah format digital. Kali ini yang memprakarsai seorang anak muda bernama Ivan Faizal. Ia melihat peluang itu, ketika tren industri telekomunikasi dan IT sedang naik daun.
Menurutnya, di Indonesia sekarang sudah ada 25 juta pengguna internet. "Di dunia sendiri sudah mencapai 1,4 milyar pengguna internet aktif," lanjutnya.
Selama ini, industri buku elektronik (e-book) sendiri juga mengalami pengingkatan. Ini sejalan dengan makin banyaknya perangkat digital e-book reader, tren iPad yang ikut membuka cakrawala baru bagaimana orang membaca buku lewat peralatan elektronik. Di sisi lain, minat para pengarang pemula dan muda juga semakin tinggi.
"Sudah banyak penerbit yang membuka diri kepada penulis baru," lanjutnya. Namun, tentu penerbit harus melakukan seleksi terhadap karya-karya tulis yang masuk. Dengan kata lain, tak semua penulis bisa menerbitkan karyanya lewat penerbit.
Di sinilah peluang itu kemudian terbuka lebar. Sebuah web site dirilis oleh Ivan bernama www.virtualxbook.com. Virtual xbook tak ubahnya seperti sebuah toko buku digital. Di dalamnya tersedia aneka ragam buku, komik, majalah, bahkan koran maupun tabloid. Serunya, toko ini tak melakukan seleksi ketat tehadap buku yang masuk.
"Prosesnya mudah, penulis atau penerbit bisa mendaftarkan, dan selanjutnya bukunya sudah tampil di virtual xbook," ujar pria yang juga CEO sekaligus Presiden Direktur situs ini.
Tentu saja hal-hal yang berbau pornografi maupun SARA dilarang di sini. "Bahkan jika ada buku yang mengundang kontroversi, akan kami banned," jaminnya.
Seorang penulis atau penerbit cukup mengangsurkan karyanya, kemudian melakukan kontrak lebih dulu dengan perusahaan ini. Setuntas itu, proses berikutnya adalah digitalisasi materi. "Sebaiknya penulis atau penerbit sudah menset format," tandasnya. Maklum virtual xbook tak melakukan penataan letak maupun desain buku.
Ketika proses digital selesai, karya segera diunggah untuk kemudian siap sedia di rak buku pada situs virtual xbook. "Keuntungannya, buku tersebut beredar secara nasional maupun internasional," lanjut Ivan.
Lantas apa keuntungan bagi penulis maupun penerbit selain karyanya beredar secara nasional dan internasional lewat situs? "Mereka akan mendapatkan pendapatan secara terbuka dan bisa diambil setiap bulan," ujarnya.
Sebab, seorang penulis atau penerbit akan memperoleh akun sendiri yang di dalamnya berisi laporan penjualan buku. Di akun ini dilengkapi pula dengan tombol "claim". "Tombol ini bisa ditekan pada akhir bulan, jika penulis hendak mengklaim pembayaran atas karyanya," kata Ivan.
Lewat situs pula, buku seperti dijual selama 24 jam. Kapanpun pembaca ingin memperoleh buku yang diinginkan, tinggal akses ke situs ini. Sementara itu, hak cipta pun terjaga. "Kami menggunakan sistem on line, sehingga buku hanya bisa dibaca jika pembaca terus on line. Ini mengantisipasi pembajakan, karena pembaca tak bisa mengunduh, dan kami memberlakukan antiprint screen," tandasnya.
Sementara itu, pembaca juga memperoleh beberapa keuntungan. Selain bisa membaca kapan pun dan di manapun, juga memperoleh harga yang lebih murah dibandingkan dengan membeli di toko buku tradisional. "Bisa lebih murah 30 sampai 40 persen, bahkan pembaca juga bisa menyewa buku selama satu sampai empat minggu," lanjutnya.
Karena itu pula, Ivan menawarkan model pembayaran melalui voucher yang bisa dibeli di berbagai toko buku, warnet, koperasi sekolah, juga waralaba terdekat, transfer uang lewat bank, menggunakan paypal kartu kredit, pun telah menjalin kerjasama bareng Indosat iPay. Khusus pembayaran menggunakan voucher, Ivan mengaku sekarang ini baru menerbitkan dua jenis voucher. "Yang 50 ribu rupiah dan 75 ribu rupiah," katanya.
Sebuah voucher seharga Rp 50.000 setara dengan 30 poin. Sementara harga sebuah buku relatif, dan tergantung dari jenis pembeliannya. Sebagai contoh sebuah buku yang sedang banyak dibaca di situs ini, berjudul "Adab dan Akhlak Muballigh" karya Drs H Ahmad Yani dijual seharga 4 poin, sedang untuk sewa seharga 1 poin. Maka untuk membeli buku sejenis dengan harga sama, Anda memperoleh kesempatan untuk membeli setidaknya 13 buku dengan voucher seharga Rp 50.000.
Seorang penulis juga bebas menentukan harga jual bukunya. "Misalnya mereka menentukan harga per buku Rp 10.000, nantinya kami akan menjual seharga Rp 12.000 sampai Rp 18.000," ujarnya. Jadi tak berlaku sistem persentase seperti halnya yang terjadi pada kontrak buku tradisional biasanya. Malah penerbit atau penulis bisa saja menggratiskan bukunya. Cara lain, jika penulis atau penerbit mendapatkan sponsor, boleh-boleh saja dijual lewat situs ini.
"Pada akhirnya, memang akan muncul bisnis baru," kata Ivan. Sebagai contoh, sebuah majalah yang diunggah ke www.virtualxbook.com, display iklan yang ada di dalam majalah tersebut akan tetap seperti versi cetaknya. Tak ada pengurangan format apapun.
Tak pelak, situs ini tentulah membutuhkan sebuah server berkapasitas besar. Ivan mengakui kebutuhan hal ini sangat penting. Sekarang, menurutnya, server yang disiapkan telah siap menampung sampai 1,5 juta buku. "Kapasitasnya akan bertambah jika koleksi buku semakin banyak," terusnya.
Agar aman, ia mengakui memerlukan server cadangan. "Kami sudah siap dengan hal itu, ada tiga server yang kami siapkan, salah satunya di Singapura," sergahnya.
Perlahan tapi pasti, minat pengguna internet ternyata cukup besar. Hingga kini sudah tercatat 16 ribu lebih anggota. Mereka bisa membeli atau menyewa buku dari 275 buku (berupa komik, buku, majalah, tabloid) judul, hingga saat ini. Jika tertarik Anda tinggal mendaftar ke www.virtualxbook.com. Setelah memperolah user ID dan password, Anda berhak memperoleh akun lengkap dengan rak buku digital.
Konsep pemasarannya tak memerlukan publikasi yang besar dan jor-joran. Cukup dengan menggunakan fasilitas Facebook. Kalau tertarik bisa mengunduh ke http://apps.facebook.com/virtualxbook/ .
Sebuah cara baru membaca telah dikenalkan. Yang penting, Anda tak perlu buang waktu untuk mengunduh, tapi cukup dengan on line memanfaatkan jaringan internet. Buku-buku atau komik, juga majalah yang Anda inginkan akan tampil seperti apa adanya, bak membaca buku tradisional tapi di layar komputer atau netbook. "Kami tengah menyiapkan untuk format smartphone dan iPad," ujar Ivan.
Akan kah media tradisional terpangkas oleh kehadiran bacaan digital ini? Tidak. "Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan," katanya. Bahkan bisa jadi media ini merupakan komplimen, pelengkap. Katakan, Anda mencari buku lama yang sudah tidak dirilis secara fisik, maka Anda bisa memperolehnya lewat buku digital.
Bahkan, bagi penerbit, bisa saja menerbitkan buku baru dari buku digital yang mencetak hit tinggi dari situs ini. Anda yang punya cerpen pun boleh mentes sejauh apa respon pembaca. Siapa tahu, cerita pendek Anda itu justru laku keras. Siapa tahu! (ANDRA/FORSEL)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar