Total Tayangan Halaman
Senin, 11 Juli 2011
Untung Indonesia Bukan Sudan (baca: Bersyukur Lahir dan Hidup di Indonesia)
Hari ini aku membaca mengenai Menlu Indonesia, Marty Natalegawa yang mengucapkan selamat atas berdirinya negara baru, Sudan Selatan setelah berpisah dengan Sudan pada tanggal 9 Juli kemarin. Karena aku penasaran mengapa Sudan bisa terpecah menjadi dua negara, aku mencarinya di Google dan terjawablah mengapa Sudan bisa terpecah menjadi dua: karena perbedaan agama dan etnis. Sudan (dalam hal ini Sudan Utara) mayoritas memeluk Islam dan Sudan Selatan mayoritas memeluk Kristen Afrika dan Animisme; etnis di kedua wilayah ini juga berbeda (tapi aku tidak begitu mengerti tentang etnis di Sudan, jadi aku tidak membicarakannya). Kedua wilayah tersebut sudah berpuluh-puluh tahun berperang, lalu damai, lalu perang lagi dan membunuh hampir 1,5 juta orang penduduknya (setengah dari penduduk Singapura). Hal tersebut karena negara kesatuan Sudan memberlakukan Syariat Islam untuk negaranya sedangkan di wilayah Sudan Selatan yang mayoritas Kristen dan Animisme menolaknya sehingga mereka memberontak. Setelah kupikir, bagaimana seandainya apabila Indonesia yang juga berbeda agama dan suku mengalaminya, prinsip dari salah satu agama digunakan secara menyeluruh dan mengharuskan semua penduduk yang tidak semua memeluk agama tersebut melaksanakannya. Akan menjadi apa negara Indonesia ini, karena di Indonesia pun ada wilayah-wilayah yang mayoritas agamanya bukan Islam, seperti Flores yang mayoritas Katolik, Bali yang mayoritas Hindu, Papua yang mayoritas Kristen dan Katolik dan Maluku yang mayoritas Katolik dan Kristen. Ya, walaupun Syariat Islam pada dasarnya baik, dan untuk kebaikan umat manusia sendiri, tapi tetap saja, pasti ada orang-orang lain agama yang berbeda pendapat karena agama dasarnya adalah keyakinan dan tidak dapat dipaksakan (siapa sih yang tahu isi hati dan otak seseorang) dan kemungkinan sangat besar sekali untuk menimbulkan perpecahan dan perang saudara. Lalu aku berpikir lagi, untung sekali aku hidup di Indonesia yang dasar negaranya adalah Pancasila dan mayoritas saudara-saudara Muslim di Indonesia memiliki rasa toleransi dan tenggang rasa terhadap pemeluk agama lain. Memang itulah (baca: Pancasila), dasar negara yang paling adil dan paling bisa mempersatukan Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika, kata-kata yang ada di bawah simbol burung Garuda itu juga "sakti" dan penuh makna sehingga dapat memberi arti pada lambang negara Indonesia. Harus diakui, pendiri-pendiri negara kesatuan Republik Indonesia ini merupakan manusia-manusia unggulan sehingga pemikiran mereka luas dan mereka berpikir untuk keseluruhan dan bukan untuk golongannya sendiri saja (karena itu mereka membuat Indonesia dikagumi dunia). Salut! pada pahlawan-pahlawan NKRI, Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Jend. Soedirman, Jend. Soeharto (walaupun dipertentangkan, tapi aku tetap menyebutnya pahlawan karena tiada gading yang tak retak, tapi Pak Harto tetap seorang Pancasilais sejati yang aku kagumi), dan semua patriot bangsa Indonesia yang memperjuangkan Pancasila untuk menjadi dasar negara NKRI, karena tanpa Pancasila, Indonesia akan terpecah belah menjadi negara-negara kecil yang pasti dengan mudah akan dilibas oleh tetangga-tetangganya (baca: Malaysia, Singapura, Australia). MAJU TERUS INDONESIA! PERTAHANKAN PANCASILA!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar