Sindrom Guillain-Barre, Penyakit Autoimun yang Bisa Melumpuhkan
Vera Farah Bararah - detikHealth
(Foto: thinkstock)
Sindrom Guillain-Barre adalah kelainan yang membuat sistem kekebalan tubuh menyerang saraf. Sindrom ini terbilang jarang dan hanya mempengaruhi 1-2 orang per 100.000, tapi bisa menyerang siapapun tanpa memandang usia. Penyakit ini seringkali diikuti dengan infeksi ringan seperti infeksi paru-paru atau pencernaan.
Kerusakan pada bagian saraf ini akan menyebabkan kesemutan, kelemahan otot dan kelumpuhan. Sindrom ini paling sering mempengaruhi saraf penutup (myelin sheath) yang disebut demielinasi yang menyebabkan sinyal saraf untuk bergerak jadi lebih lambat. Sedangkan kerusakan pada saraf lain bisa membuat saraf berhenti bekerja sama sekali.
Gejala
Sindrom Guillan-Barre sering diawali dengan kesemutan dan kelemahan di kaki dan tungkai lalu naik ke bagian tubuh atas dan lengan. Gejala atau tanda lain yang muncul seperti:
- Rasa seperti ditusuk-tusuk di jari tangan, kaki atau keduanya
- Kelemahan dan sensasi kesemutan di kaki yang menyebar ke atas
- Ketidakmampuan untuk berjalan
- Kesulitan dengan gerakan mata, wajah, berbicara, mengunyah atau menelan
- Rasa sakit yang parah di punggung bawah
- Kesulitan dalam mengontrol kandung kemih atau fungsi usus
- Detak jantung yang cepat
- Kesulitan bernapas
Penyebab
Sampai saat ini para ilmuwan belum mengetahui dengan pasti apa penyebab dari sindrom Guillain-Barre, meskipun ada kemungkinan akibat infeksi. Beberapa kasus sindrom Guillain-Barre terjadi setelah terkena infeksi bakteri, memiliki penyakit yang kronis tapi banyak juga yang terjadi tanpa adanya pemicu.
Pengobatan
Umumnya tidak ada obat untuk sindrom Guillain-Barre. Tapi saat ini ada dua jenis perawatan yang bisa mempercepat pemulihan dan mengurangi keparahan dari sindrom ini yaitu:
1. Plasmapheresis, perawatan ini dikenal sebagai pertukaran plasma (pembersihan darah). Metode ini terdiri diri dari bagian pengeluaran cairan darah (plasma) dan memisahkannya dari sel-sel darah yang sebenarnya.
Lalu sel-sel darah ini dimasukkan kembali ke dalam tubuh agar bisa memproduksi plasma dan mengganti plasma yang sudah dikeluarkan. Para ilmuwan percaya dalam teknik ini ada antibodi tertentu dalam plasma yang berkontribusi terhadap penyerangan sistem kekebalan ke saraf perifer.
2. Imunoglobulin intravena, yaitu memberikan imunoglobulin yang mengandung antibodi sehat dari donor darah melalui intravena. Dosis imunoglobulin yang tinggi bisa memblokir antibodi yang merusak sistem saraf di tubuh.
Sumber: Mayo Clinic, ncbi.nlm.nih.gov
(ver/ir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar