VIVAnews - Kedatangan Raden Rahmat atau Sunan Ampel ke Surabaya di abad ke-14 bagaikan diturunkan dari langit. Dia diketahui lahir di Campa tahun 1401. Ayahnya, Ibrahim Asmarakandi, berasal dari Samarkan, Uzbekistan.
Menurut Pembantu Takmir Masjid Ampel, Ustad H Baidowi Muri, tidak perlu dipersoalkan tempat muasal Sunan Ampel. Baginya, yang terpenting adalah dari kawasan Ampel ini, Sunan Ampel telah melahirkan banyak murid yang kemudian menyebarkan ajaran Islam hingga ke seluruh pelosok Nusantara.
Konon, Sunan Ampel masuki Pulau Jawa di tahun 1443 bersama adiknya, Sayid Ali Murtadho. Keperluannya datang ke tanah Jawa adalah menemui Putri Campa, Dwarawati, yang dipersunting oleh Raja Majapahit (sekarang Mojokerto) di Jawa Timur yang bergelar Prabu Sri Kertawijaya.
Raja Majapahit kemudian memberi hadiah k epada Raden Rahmat kawasan Ampel Denta yang berawa-rawa. Di tempat itulah, kemudian Rahmat membangun pondok pesantren dan mengajak masyarakat sekitar untuk belajar di pesantrennya. Hingga kemudian di pertengahan Abad 15, pesantren itu berkembang pesat menjadi sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di Nusantara bahkan mancanegara.
Setelah selesai belajar kemudian santri-santrinya tersebar untuk berdakwah ke berbagai pelosok. Tak hanya di tanah Jawa dan Madura, melainkan ke seluruh Nusantara. Menurut Baidowi, para santri Sunan Ampel kemudian mendirikan pondok pesantren di berbagai wilayah sebagai sarana berdakwah menyebarkan ajaran Islam.
"Salah satu contohnya yang paling konkret adalah keberadaan pondok pesantren yang bermunculan di kampung Sidosermo di Surabaya yang masih bisa kita saksikan sampai sekarang," ujarnya. Selain ponpes-ponpes di Sidosermo, masih banyak lagi di seluruh Nusantara yang susah untuk disebutkan satu persatu lanjut lelaki itu.
Sunan Ampel sendiri punya sebutan sebagai Bapak Para Sunan. Sebab dari pondoknya itulah melahirkan banyak sunan yang menyebarkan Islam di berbagai wilayah. Di antaranya, ada Sunan Giri dan Raden patah.
Sunan lainnya adalah putra kandungnya sendiri, seperti Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang) dan Syarifuddin (Sunan Drajat). Seorang lagi adalah menantunya yang menikahi putrinya, yaitu Sunan Kalijaga.
Sunan Ampel juga punya andil besar atas berdirinya kerajaan Islam pertama di Jawa yakni Demak di Jawa Tengah. Dialah yang mengangkat Raden Patah sebagai Sultannya yang pertama. Atas inisiatif Sunan Ampel pula Masjid Agung Demak kemudian dibangun kira-kira pada tahun Saka 1401 atau sekitar tahun 1479 Masehi.
Konon, Sunan Ampel kepada para santrinya memberikan pengajaran sederhana yang menekankan pada penanaman akidah dan ibadah. Salah satu ajarannya yang paling populer dan masih melekat di hati masyarakat kelas bawah adalah yang terkenal dengan istilah Mo Limo – Moh Main, Moh Ngombe, Moh Maling, Moh Madat, lan Moh Madon alias seruan untuk tidak berjudi, tidak minum-minuman keras, tidak mencuri, tidak menggunakan narkoba, dan tidak berzina.
Sunan Ampel diperkirakan wafat di tahun 1481 di Demak dan kemudian dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel Surabaya yang masih berdiri megah sampai hari ini. (sj)
Laporan Tudji Martudji | Surabaya
Total Tayangan Halaman
Rabu, 03 Agustus 2011
Pariwisata: Surabaya: Masjid Sunan Ampel
Masjid Sunan Ampel, Bapak Para Wali
Meski bukan Wali Songo yang pertama, namun dia disebut bapak para sunan
Rabu, 3 Agustus 2011, 06:49 WIB
Arfi Bambani Amri
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar