Total Tayangan Halaman

Jumat, 05 Agustus 2011

Medicine: Post-Traumatic Stress Disorder

Selasa, 26/07/2011 13:49 WIB
Post-Traumatic Stress Disorder, Gangguan Mental yang Traumatis

Adelia Ratnadita SKG - detikHealth


img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Deskripsi
Post-traumatic stress disorder (PTSD) adalah suatu kondisi kesehatan mental yang dipicu oleh peristiwa mengerikan. Gejalanya dapat berupa kilas balik ingatan, mimpi buruk, perasaan cemas yang parah, serta pikiran yang tak terkendali tentang peristiwa traumatis.

Banyak orang yang mengalami peristiwa traumatis merasa kesulitan untuk menyesuaikan diri selama beberapa waktu. Seiring dengan berjalannya waktu dan perawatan diri, reaksi traumatis biasanya membaik. Namun dalam beberapa kasus, gejala-gejalanya dapat menjadi lebih buruk atau berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Terkadang trauma dapat benar-benar mengguncang hidup. Dalam kasus seperti itu, berhati-hatilah, Anda mungkin mengalami Post-traumatic stress disorder (PTSD).

Penyebab
PTSD muncul setelah mengalami atau melihat suatu peristiwa yang menyebabkan perasaan takut tidak berdaya atau horor. Seperti kebanyakan masalah kesehatan mental, PTSD dapat disebabkan oleh gabungan beberapa faktor:
1. Resiko kesehatan mental yang disebabkan faktor keturunan atau genetik, seperti kecemasan dan depresi
2. Kehidupan dan pengalaman, termasuk jumlah dan tingkat peristiwa traumatis yang telah dialami
3. Faktor kepribadian atau sering disebut temperamen
4. Bahan kimia dan hormon otak yang dilepaskan dalam merespon stres

Gejala
Gejala PTSD biasanya dimulai pada tiga bulan dari peristiwa traumatis yang dialami. Dalam sejumlah kecil kasus, gejala PTSD mungkin tidak muncul sampai bertahun-tahun setelah peristiwa traumatis.

Gejala PTSD bisa datang dan pergi. Gejala tersebut dapat lebih sering muncul ketika mengalami stress biasa, atau ketika mengingat peristiwa yang telah terjadi. Misalnya; melihat laporan berita perkosaan dan kemudian merasa diserang oleh kenangan peristiwa yang dialami sendiri.

Secara medis, PTSD didiagnosis berdasarkan tanda-tanda dan gejala dan evaluasi psikologis yang menyeluruh. Dokter atau profesional kesehatan mental akan meminta untuk menggambarkan tanda-tanda dan gejala yang dialami. Dokter juga akan meminta untuk menggambarkan peristiwa yang mengarah ke gejala PTSD. Pemeriksaan fisik juga diperlukan untuk memeriksa masalah medis lainnya.

Kriteria untuk post-traumatic stress disorder untuk didiagnosis termasuk:
1. Mengalami atau menyaksikan suatu peristiwa yang menyebabkan kematian atau cedera serius, atau ancaman kematian atau cedera serius
2. Reaksi terhadap peristiwa yang menyebabkan rasa takut yang sangat, horor atau rasa tidak berdaya
3. Mengingat kembali pengalaman kejadian tersebut, seperti memiliki gambaran dan kenangan yang menyedihkan, mimpi yang mengganggu, flashback atau bahkan reaksi fisik
4. Mencoba menghindari situasi atau hal-hal yang mengingatkan tentang peristiwa traumatik atau merasa mati rasa secara emosional
5. Merasa seolah terus-menerus waspada sehingga menyebabkan sulit tidur atau berkonsentrasi
6. Gejala berlangsung lebih dari satu bulan
7. Gejala tersebut menyebabkan penderitaan yang signifikan dalam hidup Anda atau mengganggu kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari

Wajar jika memiliki berbagai perasaan dan emosi yang labil setelah peristiwa traumatis. Perasaan takut dan cemas, kurang fokus, sedih, perubahan pola tidur dan banyak menangis. Mengalami mimpi buruk atau tidak dapat berhenti berpikir tentang kejadian tersebut bukan berarti mengalami PTSD.

Tapi jika pikiran-pikiran dan perasaan yang mengganggu tersebut berlangsung selama lebih dari sebulan dan semakin parah, atau jika mengalami kesulitan mengontrol hidup, segeralah berkonsultasi dengan dokter. Mendapat pengobatan sesegera mungkin dapat membantu mencegah gejala PTSD menjadi semakin buruk.

Pengobatan dan Pencegahan
Pengobatan PTSD mencakup pemberian obat dan psikoterapi.

Obat-obatan
1. Beberapa jenis obat dapat membantu mengatasi PTSD:
2. Antipsikotik. Untuk mengurangi kecemasan yang parah, susah tidur dan ledakan emosional.
3. Antidepresan. Untuk mengatasi gejala depresi dan kecemasan. Dapat juga membantu mengatasi masalah susah tidur dan meningkatkan konsentrasi.
4. Obat. anti kecemasan Obat ini juga dapat mengobati perasaan cemas dan stres.
5. Prazosin. Obat ini telah digunakan selama bertahun-tahun dalam pengobatan hipertensi. Meskipun obat ini tidak secara khusus disetujui untuk pengobatan PTSD, prazosin dapat mengurangi atau menekan mimpi buruk pada banyak penderita PTSD.

Psikoterapi
Beberapa jenis terapi dapat digunakan untuk mengobati anak-anak dan orang dewasa yang mengalami PTSD. Dapat juga menggunakan terapi individu, terapi kelompok atau menggabungkan keduanya. Terapi kelompok dapat menawarkan cara untuk terhubung dengan orang lain melalui pengalaman yang serupa.

Beberapa jenis terapi yang digunakan dalam pengobatan PTSD meliputi:
1. Terapi kognitif. Terapi ini membantu mengenali cara berpikir (pola kognitif) yang membuat terjebak, misalnya; cara-cara negatif atau tidak akurat memahami situasi normal. Dalam pengobatan PTSD, terapi kognitif sering digunakan bersama dengan terapi perilaku disebut terapi eksposur.
2. Terapi Eksposur. Teknik terapi perilaku yang membantu pasien aman menghadapi hal yang sangat menakutkan yang ditemui sehingga pasien dapat belajar untuk mengatasi secara efektif.
3. Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR). Jenis terapi yang menggabungkan terapi paparan dengan serangkaian gerakan mata yang dipandu untuk membantu memproses kenangan traumatis

Dukungan dari keluarga dan teman-teman yang mau mendengarkan serta menawarkan kenyamanan sangat membantu mengatasi gejala trauma. Beberapa orang mungkin juga merasa terbantu untuk beralih ke komunitas rohani atau penasihat spiritual. Hal itu juga dapat mencegah untuk mengatasi masalah dengan cara tidak sehat, seperti penggunaan alkohol.

Sumber: Mayo Clinic


(ir/ir)

Tidak ada komentar: