Total Tayangan Halaman

Rabu, 03 Agustus 2011

Medicine: Sindrom Kelas Ekonomi

Rabu, 03/08/2011 15:19 WIB

'Sindrom Kelas Ekonomi' Bisa Membunuh Saat Berada di Kendaraan

Merry Wahyuningsih - detikHealth

<p>Your browser does not support iframes.</p>


img
foto: Thinkstock
Jakarta, Melakukan liburan tentu sangat menyenangkan bagi kebanyakan orang, meski harus menempuh perjalanan jauh dengan kendaraan. Tapi ada risiko kematian akibat 'sindrom kelas ekonomi' mengintai saat Anda berada dalam kendaraan, terutama untuk perjalanan panjang.

Richard dan Anne Marie sangat senang akan berlibur bersama untuk pertama kalinya sejak anak-anak mereka meninggalkan rumah. Perjalanan mimpi ini menandai sebuah bab baru yang menarik dalam kehidupan mereka.

Tapi saat mereka melaju dengan kapal di Laut Aegea, tragedi yang tidak bisa diramalkan terjadi. Hanya beberapa hari perjalanan, Marie (46 tahun) pingsan dan meninggal saat tamasya karena menderita emboli paru yang disebabkan oleh deep vein thrombosis (DVT).

Tragisnya, ia adalah salah satu dari 30.000 orang Inggris yang tercacat meninggal karena DVT sejak tahun lalu.

DVT sering disebut sebagai 'sindrom kelas ekonomi' karena para ahli percaya kondisi ini disebabkan ketika kaki tetap diam untuk waktu yang lama, misalnya kaki dibatasi oleh kursi pada perjalanan dengan menggunakan pesawat ekonomi. DVT juga bisa dipicu saat melakukan perjalanan panjang dengan menggunakan mobil dan kereta api.

"Jika Anda duduk dalam posisi tetap untuk waktu yang lama ada risiko dan kasus DVT akan terjadi," ujar Prof Sam Machin dari University College London Hospital, seperti dilansir mirror.co.uk, Rabu (3/8/2011).

DVT telah membunuh 30.000 orang per tahun di Inggris dan orang yang paling berisiko adalah obesitas, pasien pulih dari operasi, perempuan yang minum pil KB dan orang yang menderita kondisi pembekuan darah. Tapi diperkirakan 2.500 kasus akan ditemukan akibat perjalanan-perjalanan panjang.

"Akan ada ribuan orang Inggris mempersiapkan liburan mereka dan saya tidak ingin melarang mereka, hanya ingin memberitahu dengan pengetahuan silent killer ini. Itu mungkin akan menyelamatkan hidup mereka," jelas Prof Machin.

DVT terjadi ketika gumpalan darah terbentuk di vena dalam, biasanya di betis. Kondisi ini terjadi jika melakukan perjalanan panjang dan inaktif, kelamaan tidak aktif bisa menyebabkan pembekuan.

Gumpalan yang lebih kecil akan pecah secara alami, tetapi yang lebih besar mungkin memblokir pembuluh darah, menyebabkan pembengkakan, nyeri dan perubahan warna kulit. Kondisi ini menjadi fatal jika potongan bekuan darah lolos dan melakukan perjalanan ke paru-paru dan menyebabkan penyumbatan arteri.

Pencegahannya adalah dengan menggerak-gerakan kaki terutama jika perjalanan panjang, sehingga bisa menjaga sirkulasi darah dan mencegah pembekuan. Hindari menyilangkan kaki dan jika sulit untuk berjalan, gerakkan kaki seperti memutar.



(mer/ir)

Tidak ada komentar: