Total Tayangan Halaman

Minggu, 17 Juli 2011

Kenapa kompas.com kalau pelaku orang Tionghoa selalu disebutkan "PELAKU ORANG TIONGHOA"

Salah satu artikel kompas.com yang menyebutkan "pelaku orang Tionghoa", komentar-komentar di artikel tersebut memprotes hal ini, ada yang menyentil, "Kenapa kalau koruptor tidak pernah disebutkan suku apa?" hahaha, benar juga sentilan tersebut, tidak pernah saya membaca suku lain disebutkan sebagai suku dari si pelaku kejahatan, kalau ada orang kompas.com yang membaca mohon dijadikan instropeksi. Komentar di kompas.com:
"Kalau pelaku orang tionghoa kenapa selalu di sebutkan,.... PELAKU KETURUNAN TIONGHOA.... itu artinya KOMPAS memberitakan RASISME..... Janganlah menyebutkan RAS Seseorang pelaku kriminal......": oleh machtel machtel, "KOMPAS TERMASUK KORAN TERNAMA TETAPI BERITANYA TIDAK PROFESIONAL , NAMANYA PELAKU KEJAHATAN BANGSA APA SAJA TETAP KRIMINAL TIDAK PERLU SEBUT GOLONGAN, SUKU, ATAU WARNA KULIT , KENAPA KALAU KORUPTOR TIDAK DISEBUTKAN SEKALIAN DARI SUKU APA .": oleh Samiun. Dan inilah salah satu artikel tersebut, dan memang saya pernah membaca juga artikel lain, tapi saya sudah lupa artikel tersebut ada dimana, sudah hilang mungkin..:

Rumah Mewah Simpan 250.000 Ekstasi
Sabrina Asril | Tri Wahono | Minggu, 17 Juli 2011 | 18:25 WIB

Sabrina Asril Seorang bandar Narkoba ditangkap di kompleks perumahan mewah Sentul City, Bogor. Dari tersangka, Badan Narkotika Nasional (BNN) mengamankan 250.000 butir ekstasi senilai Rp 7,5 miliar.

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebuah rumah mewah yang terletak di Jalan Bukit Mutiara Golf Hijau Nomor 22, kompleks Sentul City, Bogor digerebek tim Badan Narkotika Nasional (BNN). Dari rumah itu, BNN menyita 250.000 butir narkotika jenis ekstasi.

Direktur Narkotika Alami BNN, Brigjen Benny Mamoto, Minggu (17/7/2011), mengatakan tersangka yang diamankan di Sentul City, Bogor, yakni Soeradi Halim alias Beong (49), warga Indonesia keturunan Tiong Hoa. Penggerebekan dillakukan pada Jumat (15/7/2011) sore sekitar pukul 18.00 WIB.

"Polisi sudah melakukan pengintaian terhadap jaringan B (Beong) selama dua bulan," ungkap Benny saat melakukan rekonstruksi ulang di lokasi hari ini.

Dari pengintaian itu diketahui bahwa ekstasi berasal dari Belanda yang masuk ke Indonesia melalui jalur laut menuju Batam lalu dikirim lagi melalui kapal laut ke Tanjung Priok, Jakarta Utara. Dari Tanjung Priok, ribuan ekstasi itu diambil oleh sebuah truk untuk dikirim ke rumah Beong, di Sentul City, Bogor.

Saat penangkapan dilakukan, Beong tengah berada di rumah. Ketika polisi menyergap, Beong sempat melarikan diri dan berlari kencang di jalan luar rumahnya. Tembakan peringatan pun dilakukan.

"Berkat kejaran aparat dan tetangga di sini, B akhirnya kami tangkap. Setelah diperiksa, rupanya B dalam pengaruh sabu yang baru saja dikonsumsinya sehingga dia punya keberanian dan kekuatan lebih saat melarikan diri," tutur Benny.

Usai ditangkap, Beong kemudian diminta membuka satu buah boks yang teronggok di dalam garasi rumahnya. Di dalam boks itu ada dua buah mixer kue yang rangka mesinnya dicopot lalu diisi dengan 50 bungkus ekstasi.

"Total dari seluruh bungkus itu ada 250.000 butir ekstasi yang disamarkan masuk ke dalam mixer kue," ungkap Benny.

Ekstasi itu rencananya diedarkan ke wilayah Jabodetabek dengan harga Rp 300.000 per butir dengan nilai total Rp 7,5 miliar. Namun, belum sempat didistribusikan jalur distribusi Beong terbongkar.

Dari pengakuan Beong, polisi kemudian mengembangkan penyelidikan dan akhirnya menangkap tiga orang sopir yakni U, M, dan S di Pelabuhan Tanjung Priok serta dua orang sub distributor yakni W (27) ditangkap di Sentul, Bogor dan C (35) ditangkap di Jakarta.

Selain 250.000 ekstasi, polisi juga menyita dua buah mixer kue, satu buah mobil Honda Accord B 1999 MO milik tersangka B, dan satu unit truk box Izusu bernomor F 8385 AC yang digunakan untuk mengantar narkoba.

Diambil dari: http://megapolitan.kompas.com/read/2011/07/17/18253521/Rumah.Mewah.Simpan.250.000.Ekstasi

Tidak ada komentar: